MEMBUKA LEBAR-LEBAR MATA HATI NURANI
Bahan ini cocok untuk Informasi / Pendidikan Umum. Nama & E-mail (Penulis): I KT EKASARJANA Saya Staf Administrasi di PUSKOM UNIVERSITAS MATARAM Tanggal: 16 Maret 2001 Judul Artikel: HATI NURANI dan IMAN Topik: MEMBUKA LEBAR-LEBAR MATA HATI NURANI Artikel: Dunia sudah tua, mahluk hidup terus lahir, hidup dan tumbuh berkembang, sebagai manusia berakal budi yang paling sempurna dari mahluk hidup ciptaan Tuhan lainnya tidak sepantasnya saling menyakiti, menyiksa, saling dendam, saling bunuh-membunuh. Dunia makin tua hati nurani kian rapuh, iman kian tifis, manusia yang berbudaya kian jauh dari kesadaran jiwa pengasih. Manusia lupa akan awal mula karakter kebiasaan dan jatah makanan bagi dirinya. Segala makhluk hidup mulai di rambah di bunuh di makan untuk sekedar mengenyangkan lambung asamnya yg tak pernah mengenal cukup. Manusia adalah makhluk beradab, berbudaya berakal budi tinggi, namun kenyataan adalah lebih buas dan serakah dari srigala, macan, harimau, ular dan segala binatang buas lainnya. Kehidupan dan ranting makanan telah diatur Sang Pencipta untuk menjaga kelestarian alam semesta, namun telah secara sadar dirusak oleh manusia sendiri. Memang dalam ajaran agama Tuhan menciptakan semua mahluk hidup untuk manusia, maksudnya adalah untuk menemani manusia agar tidak kesepian di dunia (bumi) ini, tetapi bukan untuk memakan segala mahluk hidup itu. Melihat kenyataan sebagian besar kehidupan umat manusia yang semakin terikat akan kenikmatan semu (maya) antara lain terikat akan kemewahan, kekayaan/harta benda, pangkat-jabatan, sanjungan, hawa nafsu dan sebagainya. Maka tidaklah banyak berarti jika manusia menyadari bahwa sampai saat dan detik ini mahluk hidup menjalani kehidupannya di atas permukaan planet Bumi yang sedang mengalami proses. Proses tersebut ditandai dengan kejadian-kejadian alam, banjir, angin topan, badai, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya, yang dapat merubah keadaan yang baik menjadi buruk dan keadaan buruk menjadi lebih parah atau keadaan yang buruk menjadi baik dan keadaan baik menjadi lebih baik. Bila kita pernah berlayar mengarungi laut atau samudra dengan menumpangi sebuah kapal laut, perahu atau menjelajah angkasa raya di atas awan dengan sebuah pesawat terbang, pernahkah terlintas dalam pikiran dan hati kita bahwa betapa manusia (diri kita) hanyalah setitik debu dibanding dengan luasnya lautan atau samudera atau alam semesta ciptaan Tuhan Yang Maha Pencipta ? Maka barulah kita mulai memahami dan menyadari siapa diri kita. Jika kita masih menyimpan rasa ke-AKU-an dalam hati nurani maka diri ini tak lebih hanyalah setitik asap berwujud manusia yang sedang sakit! Tidak hanya sedang sakit tapi sekarat! Kita semua tidak hanya di bumi nusantara ini, di seluruh dunia dan jagat raya mengalami hal yang sama. Menderita sakit lebih aneh dari penyakit yang paling ditakuti, AIDs. Kenyataan, sejak manusia mengenal enaknya makan daging secara tidak sadar menipu diri sendiri dan orang lain. Bahwa apa yang dirasa nikmat dan lezat dari masakan, bukanlah daging mahluk hidup yang dimakan tetapi yang nikmat dan lezat itu adalah bumbu masaknya. Karena sifat serakah dan rakus membuat kita lupa jatah makan mahluk lain yang telah diatur dalam rantai kehidupan dan rantai makanan untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian alam semesta mesti kita rampas! Sungguh menyedihkan dan ironis, di jaman modern teknologi canggih dan era millenium ini manusia masih saling menghujat, saling iri dengki, dendam, saling menyakiti, menyiksa dan bunuh-membunuh, tak kenal balas budi dan belas kasih. Semua itu diawali sejak manusia mengenal enak dan lezatnya makan daging hewan (mahluk hidup) dicampur bumbu masak. Sejak itu manusia mengidap penyakit Aneh! Penyakit MPS (Manusia Pemakan Segala). Kemudian mulai timbul berbagai jenis penyakit (penyakit jantung, tumor, kanker, dsb). Lebih aneh dan tidak aneh (dianggap wajar saja), tidak hanya daging hewan saja yang habis dimakan, bahkan sampai isi dalam hewan tersebut (usus, hati, limpa, sampai penyimpanan kotoran) hewan tersebut dibabat habis! Ini kenyataan! Padahal kita tau mahluk hidup yang sudah tak bernyawa tak lebih adalah BANGKAI! Tapi kita masih doyan juga selera makan tinggi terhadap menu ini. Dan kebiasaan ini wajar-wajar saja. Ketika semasih SD guru biologi mengajarkan tentang hewan pemakan daging (Cornivora) dan pemakan tumbuh-tumbuhan (Herbivora), Sedangkan manusia termasuk golongan manakah dari kedua itu...? Jawabannya jika manusia memakan daging dan tumbuhan secara logika manusia adalah pemakan segala (keduanya). Benarkah ? Tetapi kita menuding Harimau binatang buas sebab pemakan daging, selain hewan (binatang) laen, manusiapun dimakannya. Lalu bagaimana dengan manusia ? Kenyataannya segala macam binatang dijadikan menu masakan. Adilkah ? Sadarkah darah dan daging dari segala macam hewan (binatang) yang kita konsumsi selama ini telah menghidupi jiwa kita ? Adakah terbayang roh-roh dari hewan(binatang) tersebut tak pernah iklas pergi meninggalkan jasad alamnya selain mati atas kuasa dan seijin Tuhan ? Hanya untuk memuaskan hawa nafsu dan selera makan, manusia tega membunuh, sekaligus memakan daging hewan yang sama memiliki jiwa/roh seperti manusia. Tak hanya dalam selera menu, bahkan dalam selera berhubungan sex-pun manusia tak kalah meniru binatang, Oh..menyedihkan! Demikian juga terhadap manusia lainnya tak ada lagi kompromi, kebencian, dendam membara, dan saling bunuh-membunuh. Manusia secara tidak sadar cuma berwujud saja, tetapi jiwa, darah dan daging telah bercampur dengan darah dan daging dari hewan yang dikonsumsinya. Tidak murni lagi. Akibatnya sedikit demi sedikit perasaan murni alami kasih sayang yang dimiliki oleh jiwa manusia mulai hilang sampai akhirnya luntur keimanan dan ketakwaan kepada Sang Pencipta (Tuhan YME, Tuhan Yang Maha Penguasa, Pengasih, Penyayang, Pelindung dan Maha Adil Bijaksana). Kita lupa Kepada Beliau sehingga lupa diri dan lupa segalanya. Menyedihkan sampai manusia lupa jatah makanan untuk diri sendiri, tak pernah puas merampas jatah makanan mahluk hidup lainnya. Teori sederhana yang menyadarkan diri ini, menyadarkan untuk mengenali jatah makanan manusia sebenarnya apa sih??? Coba kita berpikir jernih. Semua berawal dari kebiasaan. Jika kita membiasakan diri terhadap sesuatu hal, niscaya sudah cukup untuk bertahan hidup. Banyak sekali aneka ragam jatah makanan yang di sediakan Tuhan untuk manusia. tidak mesti merampas jatah makanan mahluk hidup lainnya yang memang sudah menjadi hak dan rantai makanan dalam siklus kehidupan. Betapa sayangnya Tuhan kepada manusia Beliau telah menyediakan jatah makanan asli murni dan alami sangat banyak dan terlindung, seperti biji-bijian (padi, kacang-kacangan, kedelai, jagung, gandum, dan banyak lagi serta buah-buahan dan sayuran). Inilah sebenarnya jatah makanan bagi manusia. Demikian halnya jatah makanan bagi hewan dan tumbuhan masing-masing telah terbagi-bagi. Jika terjadi perampasan terhadap jatah makanan mahluk lain, maka inilah salah satu penyebab terjadinya ketidak seimbangan, baik terhadap alam maupun jiwa dan lingkungan alam semesta. Kenapa di jaman lampau umur manusia sangat panjang, bahkan sampai ratusan tahun ? Sebaliknya kenapa di jaman modern dan millenium justru umur manusia makin pendek ? Kita semua pasti tau jawabannya. Banyak faktor ketidak alami yang telah merusak lingkungan dan alam semesta itulah jawabannya secara umum. (menurut naluri penulis). Sebab jiwa/roh mahluk hidup adalah percikan sinar suci Tuhan YME. Kini sinarnya mulai meredup. Maka perlu untuk di cas agar bersinar benderang dan kemilau kembali penuh kasih sayang, kedamaian. Barangkali jika ingin tetap lestari maka kelestarian ada di tangan manusia dalam jiwa hati nurani manusia untuk BACK TO BASIC. Kalau dipikir dengan akal sehat dan logika, semua yang tersedia atau yang telah sedang dan akan diciptakan oleh Tuhan YME di alam semesta ini terprogram secara permanen dan sistematis. Berjalan sesuai dengan rotasinya. Namun karena keterbatasan kemampuan kesadaran semua mahluk baik itu (manusia, hewan dan tumbuhan) sehingga kehidupan di alam (bumi) ini tidak harmonis lagi, telah rusak dan tidak sistemastis lagi. Kondisinya sangat parah! Ibarat sebuah rantai (roda/lingkaran) yang telah tercabik-cabik, bolong, tertambal-tambal, putus penuh sambungan sehingga jalannya tidak lagi stabil! Katanya, manusia ciptaan Tuhan yang paling sempurna diantara ciptaan-ciptaan-NYA selain hewan dan tumbuhan. Sebab manusia dikaruniai kelebihan akal dan budaya. Namun akal dan budaya tersebut telah disalah gunakan. Salah diaplikasikan, yaitu untuk mengakali diri sendiri, mengakali orang lain, mengakali hewan dan mahluk hidup lainnya. Lebih gawat lagi manusia mengakali Sang Penciptanya, namun manusia makin lupa dan pikun bahwa Tuhan selalu melihat segala tingkah polah manusia ciptaan-NYA. Pada akhirnya manusia sampai pada satu titik kejenuhan, mengaku paling pintar, paling berkuasa, paling berjasa namun tidak pernah memahami makna ciptaan Tuhan yang berwujud lingkaran. Maka manusia itu akan tetap berjalan di satu titik dan tidak pernah jauh dari titik itu berada. Bahwa sebenarnya tidak ada kemajuan ataupun kemunduran, yang ada penciptaan, bertahan hidup dan kehancuran. Cuma ada satu jawaban untuk menghentikan segala keserakahan, kemunafikan, iri dengki, dendam,pertikaian, permusuhan, pembunuhan untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan/kemakmuran dan kedamaian. BUKALAH MATA HATI NURANI KITA LEBAR-LEBAR, PERTEBAL IMAN dan TAKWA serta TAKUTLAH CUMA PADA TUHAN. CINTAILAH DAN TANAMKAN KASIH SAYANG PADA SEMUA MAHLUK HIDUP |
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda